Profil Singakt Dua Penggerabah Sitiwinangun Senior Yang Masih Aktif

Profil Singkat Dua Penggerabah Sitiwinangun Senior Yang Masih Aktif

Miskadna, sekitar 70 tahun lahir dari keluarga yang aktif menggerabah, namun namun karena saat ini usianya sudah tidak lagi muda, maka sudah sangat sulit mengingat nama kakeknya dan buyutnya. Ayahnya bernama Asmi dikenal sebagai penggerabah yang membuat gentong padasan, sementara ibunya bernama Cuplik, yang menghasilkan peralatan dapur seperti klowo, pendil, paso, dan lain-lain. Miskadna lahir dalam keluarga besar dengan delapan orang bersaudara, semua saudara kadung ini aktif menggerabah, namun Pak Tanibah, dan Pak Mis yang mewarisi keahlian menggerabah membuat padasan dan patung, torehan ukirannya cermat dan rapih. Kegiatan ini beliau turunkan pula pada kedua anaknya, yang bernama Herman dan Ca'un, beliau tetap bersyukur bahwah kedua anaknya tertarik dan memiliki keinginan untuk mempertahankan kerajinan Gerabah Sitiwinangun.


Kadmiya lahir pada tanggal 4 juli 1968. Keahliannya menggerabah diturunkan dari kakek yang bernama Anam (alm), dan ayahnya Adras (alm) yang keduanya dikenal sebagai seorang penggerabah dengan ukiran yang sangat bagus. Kadmiya bersaudara enam orang, tetapi hanya satu orang saudaranya, yang mengikuti jejak sang ayah selain dirinya  dan Bu Jeny. Spisalisasi yang dibuat Bu Jeny adalah pot tanaman. Kadmiya mempunyai empat orang anak, tetapi satu meninggal karena sakit. Dua anaknya yaitu Indriyanto dan Supriyono, saat ini sudah mulai menggerabah walapun masih dalam tahap belajar. Namun Kadmiya merasa lega karena kedua anaknya mau mengikuti jejaknya.
Kedudukan kadmiya sebagai kepala dusun, cukup melegakan dirinya karena dengan menjabat sebagai kadus, ia dapat menggerakkan masyarakat Sitiwinangun untuk mau kembali menggerabah. Awalnya ia sempat putus asa melihat perubahan sikap warga yang dengan mudah meninggalkan gerabah, namun ia tidak kuasa melawan karena memang di depan mata dihadapkan pada kebutuhan rumah tangga yang tidak bisa diandalkan dari hasil mengbrrabah.

Berbekal tekad dan semangat, akhirnya Kadmiya berhasil menggerakkan kembali warga desa untuk mulai menggerabah kembali sehingga Gerabah Sitiwinangun yang tadinya sempat tergolongkan nyaris punah, tidak menjadi benar-benar punah, namun hanya Mati Suri.
Harapannya kedepan dengan didukungnya upaya mengembalikan Kejayaan Gerabah Sitiwinangun oleh perangkat desa, Sitiwinangun dapat menjadi salah satu desa wisata yang sangat potensial di Cirebon yang pada akhirnya akan mengangkat kembali perekonomian masyarakat desa, lepas dari ketepurukan.

Kerajinan Gerabah Sitiwinangun yang saat ini terseok-seok namun tetap berusaha bangkit berdiri, rasanya akan semakin sulit bersaing dengan hadirnya wadah cantik yang lebih praktis, banyak pilihan warna, bentuk dan tahan lebih lama. Namun bila Gerabah Sitiwinangun tetap mempertahankan keelokan ukiran yang menjadi ciri khasnya, saya yakin sampai kapan pun masih akan ada banyak penggemar. Apalagi sudah terbukti Gerabah Sitiwinangun tidak hanya hadir untuk memenuhi fungsi (kegunaan), namun juga menyodorkan keindahan.

Komentar

  1. Semoga saja pihak peranbgkat desa setempat membantu supaya kerajinan tersebut tidak punah dan bisa berkembang lagi.

    BalasHapus
  2. Amin, ya semoga saja, terimakasih sudah menyempatkan waktunya untuk berkunjung.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Video Murottal Surah Al-Baqarah Idris Al-Hasyimi

Video Murotal Suara Merdu Qari Idris Al-Hasyimi/Idres Al-Hashemi

Video Murottal Merdu Surah An-Naba' Syaikh Hani Ar-Rifa'i